Selasa, 08 April 2014

INGIN BERSAING DENGAN PENGUSAHA NON ASLI PAPUA


Berpenampilan sederhana, rendah hati, disiplin dan daya juang tinggi, itulah yang digambarkan sosok pengusaha muda asal  Papua di Pegunungan Bintang, bernama Pieter Kalakmabin. Dirinya mengembangkan usaha dibidang perminyakan di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang sejak tahun 2004.  Dengan penuh pengorbanan dan daya juang yang tinggi, usaha ini mulai beroperasi secara normal tanggal 28 agustus 2008. Alasan yang mendasari mengembangkan usaha ini adalah semata-mata untuk membantu kebutuhan masyarakat Pegunungan Bintang akan kebutuhan Bahan Bakar Minyak, selain itu ingin bersaing  dengan pengusaha lain secara sehat, terutama bersaing dengan pendatang yang telah menguasai segala bidang ditanah Papua. Baginya usaha ini cocok karena sesuai dengan background pendidikannya. Alumni jebolan Universitas Pattimura Ambon ini mengaku, usaha ini dibangun atas dukungan Drs. Theodorus Sitokdana dan Jon Lices Gurning. Untuk merintis usaha ini tidak semudah yang dibayangkan, dibutuhkan waktu empat setengah tahun untuk mendapatkan izin dari pertamina. Ketika ditanya Komapo News, apakah ada izin dari pemerintah?, menurutnya pemerintah tidak memberikan izin tetapi mereka memiliki kewenangan untuk menentukan HET (Harga Eceran Tinggi) sehingga setelah izin keluar dari pertamina langsung menyesuaikan dengan harga yang ditentukan pemerintah.  Sejak 2008 pertamina mengalokasikan 15 KL, jika didrumkan menjadi 75 drum tiap bulan, jumlah tersebut tentunya sangat sedikit bagi kabupaten Pegunungan Bintang yang notabennya daerah baru yang membutuhkan bahan bakar minyak yang sangat banyak. Selama ini didaerah Pegunungan Bintang kekurangan BBM karena alokasi dari pertamina memang sedikit. Pertamina menambahkan alokasi BBM pada  bulan November 2013 menjadi 30KL atau sama dengan 150 drum setiap bulan.
Ketika ditanya proses transaksi dan distribusi BBM tersebut, dirinya menjelaskan setiap bulan transaksi melalui bank dan mengangkut BBM di depot pertamina di Jayapura, kemudian ditampung di tempat penimbunan di Sentani, selanjutnya melalui pesawat Trigana, Susi, AMA angkut ke Oksibil. Di Oksibil menampung BBM di APMS  dengan batas minimal 10 drum keatas, dan  membuka untuk antre pagi khusus untuk semua kendaraan. Sore hari antre untuk jergen dengan jatah 3 liter untuk motor, genset 5 liter, dan mobil minimal 20 liter.
Secara umum harga BBM/liter dijual dengan harga 6.500 (sama dengan harga subsidi nasional). Ada pihak yang menuding dirinya menjual subsidi dengan harga yang tinggi, dibantanya. Menurutnya, bukan karena harga BBM bersubsidi di Oksibil tinggi, ini pemahaman yang keliru, salah satu faktor adalah harga Avtur naik mempengaruhi semua penerbangan maka harga barang perkilopun ikut turut melambung tinggi, selain itu masih banyak faktor yang perlu didiskuasikan lebih lanjut.
Usaha ini dirinya memperkerjakan 9 putra daerah setempat. Harapannya adalah usaha ini tetap eksis dan dapat menyerap tenaga kerja anak daerah yang bisa diproyeksikan kedepan dalam bidang ini. Pesan yang disampaikan bagi pengusaha muda asli Papua adalah pertama, harus komitmen dengan pilihan hidup. Kedua, harus bersabar dalam komitmen hidup yang dijalani. Ketiga, selalu bekerja dengan mengedepankan kejujuran, berkompetisi secara sehat, elegan, dan professional, sehingga kelaknya dapat sukses melalui pilihan hidup dan mampu bersaing dengan orang lain melalui usaha yang digeluti, ujarnya kepada Komapo News, kamis (23/01/14).


Tidak ada komentar: