Berpenampilan sederhana, rendah hati,
disiplin dan daya juang tinggi, itulah yang digambarkan sosok pengusaha muda
asal Papua di Pegunungan Bintang,
bernama Pieter Kalakmabin. Dirinya mengembangkan usaha dibidang perminyakan di
Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang sejak tahun 2004. Dengan penuh pengorbanan
dan daya juang yang tinggi, usaha ini mulai beroperasi secara normal tanggal 28
agustus 2008. Alasan yang mendasari mengembangkan usaha ini adalah semata-mata
untuk membantu kebutuhan masyarakat Pegunungan Bintang akan kebutuhan Bahan
Bakar Minyak, selain itu ingin bersaing
dengan pengusaha lain secara sehat, terutama bersaing dengan pendatang
yang telah menguasai segala bidang ditanah Papua. Baginya usaha ini cocok
karena sesuai dengan background pendidikannya. Alumni jebolan Universitas
Pattimura Ambon ini mengaku, usaha ini dibangun atas dukungan Drs. Theodorus
Sitokdana dan Jon Lices Gurning. Untuk merintis usaha ini tidak semudah yang
dibayangkan, dibutuhkan waktu empat setengah tahun untuk mendapatkan izin dari
pertamina. Ketika ditanya Komapo News, apakah ada izin dari pemerintah?,
menurutnya pemerintah tidak memberikan izin tetapi mereka memiliki kewenangan
untuk menentukan HET (Harga Eceran Tinggi) sehingga setelah izin keluar dari
pertamina langsung menyesuaikan dengan harga yang ditentukan pemerintah. Sejak 2008 pertamina mengalokasikan 15 KL,
jika didrumkan menjadi 75 drum tiap bulan, jumlah tersebut tentunya sangat
sedikit bagi kabupaten Pegunungan Bintang yang notabennya daerah baru yang
membutuhkan bahan bakar minyak yang sangat banyak. Selama ini didaerah
Pegunungan Bintang kekurangan BBM karena alokasi dari pertamina memang sedikit.
Pertamina menambahkan alokasi BBM pada
bulan November 2013 menjadi 30KL atau sama dengan 150 drum setiap bulan.
Ketika ditanya proses transaksi dan
distribusi BBM tersebut, dirinya menjelaskan setiap bulan transaksi melalui
bank dan mengangkut BBM di depot pertamina di Jayapura, kemudian ditampung di
tempat penimbunan di Sentani, selanjutnya melalui pesawat Trigana, Susi, AMA
angkut ke Oksibil. Di Oksibil menampung BBM di APMS dengan batas minimal 10 drum keatas, dan membuka untuk antre pagi khusus untuk semua
kendaraan. Sore hari antre untuk jergen dengan jatah 3 liter untuk motor,
genset 5 liter, dan mobil minimal 20 liter.
Secara umum harga BBM/liter dijual
dengan harga 6.500 (sama dengan harga subsidi nasional). Ada pihak yang
menuding dirinya menjual subsidi dengan harga yang tinggi, dibantanya. Menurutnya,
bukan karena harga BBM bersubsidi di Oksibil tinggi, ini pemahaman yang keliru,
salah satu faktor adalah harga Avtur naik mempengaruhi semua penerbangan maka
harga barang perkilopun ikut turut melambung tinggi, selain itu masih banyak
faktor yang perlu didiskuasikan lebih lanjut.
Usaha ini dirinya memperkerjakan 9 putra
daerah setempat. Harapannya adalah usaha ini tetap eksis dan dapat menyerap
tenaga kerja anak daerah yang bisa diproyeksikan kedepan dalam bidang ini.
Pesan yang disampaikan bagi pengusaha muda asli Papua adalah pertama, harus
komitmen dengan pilihan hidup. Kedua, harus bersabar dalam komitmen hidup yang
dijalani. Ketiga, selalu bekerja dengan mengedepankan kejujuran, berkompetisi
secara sehat, elegan, dan professional, sehingga kelaknya dapat sukses melalui
pilihan hidup dan mampu bersaing dengan orang lain melalui usaha yang digeluti,
ujarnya kepada Komapo News, kamis (23/01/14).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar